Assalamualaikum Wr. Wb. ^_^ Salam Kenal

Kamis, 04 Juni 2015

ANGKA KEMATIAN IBU (AKI)



Angka Kematian Ibu  (AKI)


Dosen Pengampu
Dr. Rosalina Kumalawati S.Si, M.Si



 
Disusun Oleh
-         SILVIA WARDANI                 A1A513234

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN DAN PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
TAHUN AKADEMIK 2014/2015
BANJARMASIN



BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator dalam menentukan derajat kesehatan masyarakat. Di Indonesia Angka Kematian Ibu tertinggi dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya seperti Thailand hanya 44 per 100.000 kelahiran hidup, Malaysia 39 per 100.000 kelahiran hidup, danSingapura 6 per 100.000 kelahiran hidup (BPS, 2003). Berdasarkan SDKI 2007 Indonesia telah berhasil menurunkan Angka Kematian Ibu dari 390/100.000 kelahiran hidup (1992) menjadi 334/100.000 kelahiran hidup (1997). Selanjutnya turun menjadi 228/100.000 kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2008).
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan indikator utama derajat kesehatan masyarakat dan ditetapkan sebagai salah satu tujuan Millenium Development Goals (MDGs). AKI Indonesia diperkirakan tidak akan dapat mencapai target MDG yang ditetapkan yaitu 102 per 100 000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Kematian ibu akibat kehamilan, persalinan dan nifas sebenarnya sudah banyak dikupas dan dibahas penyebab serta langkahlangkah untuk mengatasinya. Meski demikian tampaknya berbagai upaya yang sudah dilakukan pemerintah masih belum mampu mempercepat penurunan AKI seperti diharapkan. Pada Oktober yang lalu kita dikejutkan dengan hasil perhitungan AKI menurut SDKI 2012 yang menunjukkan peningkatan (dari 228 per 100 000 kelahiran hidup menjadi 359 per 100 000 kelahiran hidup). Diskusi sudah banyak dilakukan dalam rangka membahas mengenai sulitnya menghitung AKI dan sulitnya menginterpretasi data AKI yang berbedabeda dan fluktuasinya kadang drastis (AbouZahr, 2010; AbouZahr, 2011).
Harus diakui bahwa menduga dan menghasilkan AKI secara presisi merupakan tugas yang sulit dilakukan. Apalagi ketika sistem registrasi dan pendataan statistik vital masih belum memadai seperti di Indonesia. Berbagai teknik perhitungan AKI mengandung beberapa kelemahan mendasar terutama menyangkut perkiraan angka numerator yang dapat menyebabkan perbedaan AKI cukup besar, sedangkan perbedaan denominator menghasilkan perbedaan Aki yang tidak terlalu signifikan (Riffe, 2010). Beberapa ahli menganjurkan untuk menggunakan angka kematian ibu absolut sebagai ukuran yang lebih bermakna dan dapat menggugah para pengambil kebijakan (Trisnantoro dan Zaenab, 2013).
Penyebab kematian ibu yang paling umum di Indonesia adalah penyebab obstetri langsung yaitu perdarahan 28 %, preeklampsi/eklampsi 24 %, infeksi 11%, sedangkan penyebab tidak langsung adalah trauma obstetri 5 % dan lain–lain 11 % (WHO, 2007).
Upaya percepatan penurunan angka kematian ibu telah banyak dilakukan, antara lain melalui peningkatan aksessibilitas serta kualitas pelayanan. Upaya peningkatan aksessibilitas pelayanan kesehatan dilakukan dengan mendekatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat melalui paket penempatan tenaga bidan dan polindes di berbagai pelosok pedesaan serta tenaga dokter di daerah terpencil atau sangat terpencil. Sedangkan dari aspek kualitas pelayanan, dilakukan melalui upaya peningkatan kemampuan/kompetensi tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan dasar dan rujukan (PONED/PONEK), serta berbagai program intervensi lain (Kemenkes RI, 2008).


1.2.Rumusan Masalah
a.       Apa yang dimaksud dengan angka kematian ibu (AKI)?
b.      Faktor-faktor yang mempengaruhi angka kematian ibu (AKI)?
c.       Bagaimana cara menekan angka kematian ibu (AKI)?

1.3.Tujuan Penulisan
a.       Agar mengetahui apa yang dimaksud dengan AKI atau angka kematian ibu.
b.      Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi angka kematian ibu.
c.       Dan mengetahui cara yang cukup baik untuk menekan angka kematian ibu (AKI)




BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Angka Kematian Ibu (AKI)
Kematian ibu adalah kematian dari setiap wanita waktu hamil, persalinan,dan dalam 90 hari sesudah berakhirnya kehamilan oleh sebab apapun, tanpa memeperhitungkan tuanya kehamilan dan tindakan yang dilakukan untuk mengakhiri kehamilan (WHO).Angka Kematian Ibu (AKI) adalah banyaknya kematian perempuan padasaat hamil atau selama 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lamadan tempat persalinan, yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, dan bukan karena sebab-sebab lain, per 100.000 kelahiranhidup.
Kematian ibu adalah kematian perempuan pada saat hamil atau kematian dalam kurun waktu 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lamanya kehamilan atau tempat persalinan, yakni kematian yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, tetapi bukan karena sebab-sebab lain sepertikecelakaan, terjatuh dll (Budi, Utomo. 1985).

2.2. Perhitungan AKI (Angka Kematian Ibu)
Kemudian kematian ibu dapat diubah menjadi rasio kematian ibu dan dinyatakan per 1000 kelahiran hidup, dengan membagi angka kematian denganangka fertilitas umum. Dengan cara ini diperoleh rasio kematian ibu kematianmaternal per 1000kelahiran

Rumus

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjmOLFzTsRo_q7R0g6In8vvjiDoKwmSkM0GNLSP0olICHclypHhID5YT9C9yzTRw6fXV-pDysPkw3Cx6Zgeh39-UZdoHNyCUwTOezkeyUUGhoeFV97XGhiLxYmxuZEc4D9mb3-s3z04iJPG/s200/rumus_aki.gif
 Dimana:
Jumlah Kematian Ibu yang dimaksud adalah banyaknya kematian ibu yang disebabkan karena kehamilan, persalinan sampai 42 hari setelah melahirkan, pada tahun tertentu, di daerah tertentu.Jumlah kelahiran Hidup adalah banyaknya bayi yang lahir hidup padatahun tertentu, di daerah tertentu.Konstanta =1000 bayi lahir hidup.

2.3. Faktor Yang Mempengaruhi Angka Kematian Ibu
Ada beberapa pendapat mengenai faktor yang sangat mempengaruhi angka kematian ibu (AKI) di Indonesia diantaranya,
a.       Menurut Qomaria Alwi, 2009. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya angka kematian ibu (AKI)
-          Kesadaran penduduk kurang dalam memanfaatkan karu Gakin, mereka yang memegang kartu Gakin sering datang berulang-ulang ke Puskesmas meskipun tidak sakit atau obat sebelumnya belum habis.
-          Kesadaran ibu-ibu untuk periksa hamis kurang karena mereka datang tidak secara khusus tetapi sambil berobat penyakit lain misalnya flu, panas, dan diare. Keyakinan ibu-ibu terhadap dukun atau mantri di desanya masih tinggi terutama untuk postnatal, ibu-ibu selalu ke dukun dan menggukan kotoran kambing untuk tali pusat bayi.
-          Bidan menyatakan rasa putus asa untuk meneruskan rasa putus asa untuk menereuskan status PTT karena tidak ada harapan peningkatan kesejahteraan, kemudian membuka praktek swasta karena izin praktek swasta dipermudah dengan adanya pemutihan. Tarif persalinan dikenakan memang masih itnggi dari dukun dan non bidan dengan alasan mereka mengikuti pendidikan/pelatihan khusus tentang kebidanan dan membayar untuk itu.

b.      Menurut Ahmad Syafiq, 2003. Membaginya dalam beberapa kategori, yaitu
- Tingkat pendidikan angka mempengaruhi tingkat kematian ibu. Berikut penjelasannya.
Pendidikan
AKI1
AKI2
Persentase WUS Tamat SD
0,316*
0,163
Persentase WUS Tamat SMP
0,635**
0,460
Persentase WUS Tamat SMA
-0,368*
-0,168**
Persentase WUS Tamat Akademi
-0,351*
-0,136
Persentase WUS Tamat Universitas
-0,434**
-0,416**
Dari tabel di atas dapat dimaknai bahwa sampai tingkat pendidikan tamat SMP, korelasi masih bernilai positif (hubungan lurus) artinya semakin tinggi persentase pendidikannya maka semakin tinggi pula AKInya. Namun, dua data set AKI menunjukkan bahwa korelasi bernilai negatif (hubungan terbalik) mulai pendidikan tamat SMA ke atas. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa batas pendidikan yang membawa pengaruh terhadap AKI adalah tamat SMA ke atas.

-          Tingkat Ekonomi
Status Ekonomi
AKI 1
AKI 2
Kepemilikan Rumah
-0,003
0,058
Kepemilikan Tabungan
-0,253
-0026
Tampak bahwa kedua variabel proksi dari status ekonomi yang dipilih dalam tinjauan ini tidak cukup peka untuk dapat memiliki korelasi yang signifikan dengan AKI absolut. Kepemilikan tabungan mungkin merupakan indikator status ekonomi yang lebih baik dibandingkan kepemilikan rumah.
c.       Menurut Nurul Aeni ada 3 faktor yang mempengaruhi tingka kematian ibu (AKI), yaitu
-          Penyakit Jantung.
Penyakit jantung kebanyakan diderita para ibu disebabkan oleh pola hidup yang kurang sehat.
-          Eklampsia
Eklampsia merupakan penyebab utama kedua kematian ibu, yaitu 13 persen kematian ibu di Indonesia (rata-rata dunia adalah 12 persen) 10 .Pemantauan kehamilan secara teratur sebenarnya dapat menjamin akses terhadap perawatan yang sederhana dan murah yang dapat mencegah kematian ibu karena eklampsia.
-          Pendarahan
Pendarahan ini terjadi ketika sang ibu melahirkan bayinya. Seperti yang di katakan Ahmad Syafiq, bahwa tingkat pendidikan juga mempengaruhi dalam proses persalinan sehingga dapat mencegah terjadinya pendarahan ketika proses persalinan

d.      Menurut Cynthia Lina 2013. Ada beberapa macam penyebab utama AKI, yaitu
1.      Penyebab Langsung
-          Faktor reproduksi
a)      Usia
Dalam kurun reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-30 tahun. Kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada usia dibawah 20 tahun ternyata 2-5 kali lebih tinggi dari pada kematian maternal yang terjadi pada usia 20-29 tahun. Kematian maternal meningkat kembali setelah usia 30-35 tahun.
b)     Paritas
Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut pandang kematian maternal. Paritas 1 dan paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi. Lebih tinggi paritas, lebih tinggi kematian maternal. Resiko pada paritas 1 dapat ditangani dengan asuhan obstetrik lebih baik, sedangkan resiko pada paritas tinggi dapat dikurangi atau dicegah dengan Keluarga Berencana. Sebagian kehamilan pada paritas tinggi adalah tidak direncanakan.
c)      Komplikasi Obstetri
Penyebab kematian ibu. adalah perdarahan, eklampsia atau gangguan akibat tekanan darah tinggi saat kehamilan, partus lama, komplikasi aborsi, dan infeksi. Perdarahan, yang biasanya tidak biasa diperkirakan dan terjadi secara mendadak, bertanggung jawab atas 28 persen kematian ibu. Sebagian besar kasus perdarahan dalam masa nifas terjadi karena perdarahan post partum, retensio plasenta dan atonia uteri. Hal ini mengindikasikan kurang baiknya manajemen tahap ketiga proses kelahiran dan pelayanan emergensi obstetrik dan perawatan neonatal yang tepat waktu.

2.      Penyebab Tidak Langsung
Risiko kematian ibu dapat diperparah oleh adanya anemia dan penyakit menular seperti malaria, tuberkulosis (TB), hepatitis, dan HIV/AIDS. Pada 1995, misalnya, prevalensi anemia pada ibu hamil masih sangat tinggi, yaitu 51 persen, dan pada ibu nifas 45 persen.
Anemia pada ibu hamil mempuyai dampak kesehatan terhadap ibu dan anak dalam kandungan, meningkatkan risiko keguguran, kelahiran prematur, bayi dengan berat lahir rendah, serta sering menyebabkan kematian ibu dan bayi baru lahir. Faktor lain yang berkontribusi adalah kekurangan energi kronik (KEK). Pada 2002, 17,6 persen wanita usia subur (WUS) menderita KEK.
Tingkat sosial ekonomi, tingkat pendidikan, faktor budaya, dan akses terhadap sarana kesehatan dan transportasi juga berkontribusi secara tidak langsung terhadap kematian dan kesakitan ibu. Situasi ini diidentifikasi sebagai “3 T” (terlambat).
Yang pertama adalah terlambat deteksi bahaya dini selama kehamilan, persalinan, dan nifas, serta dalam mengambil keputusan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan ibu dan neonatal. Kedua, terlambat merujuk ke fasilitas kesehatan karena kondisi geografis dan sulitnya transportasi. Ketiga, terlambat mendapat pelayanan kesehatan yang memadai di tempat rujukan.
Pelayanan kesehatan merupakan tantangan berikutnya yang perlu ditangani. Termasuk di dalamnya adalah kualitas pelayanan yang disediakan oleh pemerintah dan swasta serta penanganan disparitas akses pada kelompok rentan dan miskin. Data terbaru menunjukkan bahwa jumlah bidan di desa (BDD) yang menyediakan pelayanan bagi kelompok rentan dan miskin telah menurun.

2.4. Upaya untuk Menekan Angka Kematian Ibu
Menurut  Cynthia Lina, 2013. Ada beberapa upaya untuk menekan angka kematian pada ibu, diantaranya adalah
a.       Upaya penanggulangan AKI saat ini :
1.      Dibentuknya AMP di puskesmas
Audit Maternal Perinatal (AMP) menurut Departemen Kesehatan adalah suatu kegiatan untuk menelusuri kembali sebab kesakitan dan kematian ibu dan perinatal dengan tujuan mencegah kesakitan dan kematian yang akan datang. AMP merupakan suatu investigasi kualitatif mendalam mengenai penyebab dan situasi di seputar kematian maternal dan perinatal/neonatal baik yang ditangani di fasilitas kesehatan termasuk bidan di desa atau bidan praktek swasta secara mandiri, maupun di rumah.

Dari kegiatan ini dapat ditentukan
·         Sebab dan faktor-faktor terkait dalam kesakitan / kematian ibu dan perinatal
·         Tempat dan alasan berbagi sistem dan program gagal dalam mencegah kematian
·         Jenis intervensi yang dibutuhkan

2.      PONED
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) adalah pelayanan untuk menanggulangi kasus kegawatdaruratan obstetri dan neonatal yang terjadi pada ibu hamil, ibu bersalin maupun ibu dalam masa nifas dengan komplikasi obstetri yang mengancam jiwa ibu maupun janinnya. PONED merupakan upaya pemerintah dalam menanggulangi Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia yang masih tinggi dibandingkan di Negara-negara Asean lainnya.
Pelayanan obstetri dan neonatal regional merupakan upaya penyediaan pelayanan bagi ibu dan bayi baru lahir secara terpadu dalam bentuk Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) di Rumah Sakit dan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Dasar (PONED) di tingkat Puskesmas.
Puskesmas PONED adalah  puskesmas yang memiliki fasilitas dan kemampuan memberikan pelayanan untuk menanggulangi kasus kegawatdaruratan obstetri dan neonatal selama 24 jam. Sebuah Puskesmas PONED harus memenuhi standar yang meliputi standar administrasi dan manajemen, fasilitas bangunan atau ruangan, peralatan dan obat-obatan, tenaga kesehatan dan fasilitas penunjang lain. Puskesmas PONED juga harus mampu memberikan pelayanan yang meliputi penanganan preeklampsi, eklampsi, perdarahan, sepsis, sepsis neonatorum, asfiksia, kejang, ikterus, hipoglikemia, hipotermi, tetanus neonatorum, trauma lahir, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), sindroma gangguan pernapasan dan kelainan kongenital.
Alur pelayanan puskesmas PONED, setiap kasus emergensi yang datang di setiap puskesmas mampu PONED harus langsung ditangani, setelah itu baru melakukan pengurusan administrasi (pendaftaran, pembayaran  alur pasien). Pelayanan yang diberikan harus mengikuti Prosedur Tetap (PROTAP).
-          Pelayanan yang Diberikan Puskesmas PONED :
Puskesmas PONED harus memiliki tenaga kesehatan yang telah dilatih PONED yaitu TIM PONED (Dokter dan 2 Paramedis). Pelayanan yang dapat diberikan puskesmas PONED yaitu pelayanan dalam menangani kegawatdaruratan ibu dan bayi meliputi kemampuan untuk menangani dan merujuk:
·         Hipertensi dalam kehamilan (preeklampsia, eklampsia)
·         Tindakan pertolongan Distosia Bahu dan Ekstraksi Vakum pada Pertolongan Persalinan
·         Perdarahan post partum
·         infeksi nifas
·         BBLR dan Hipotermi, Hipoglekimia, Ikterus, Hiperbilirubinemia, masalah pemberian minum pada bayi
·         Asfiksia pada bayi

3.      GSI
Gerakan Sayang Ibu (GSI) merupakan upaya untuk meningkatkan pemberdayaan perempuan dan mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi yang masih tinggi dan merupakan gerakan masyarakat bekerja sama dengan pemerintah. Dengan demikian, yang dimaksud dengan GSI adalah suatu gerakan yang dilaksanakan oleh masyarakat bekerja sama dengan pemerintah untuk meningkatkan perbaikan kualitas hidup perempuan (sebagai sumber daya manusia) melalui berbagai kegiatan yang mempunyai dampak terhadap upaya penurunan angka kematian ibu karena hamil, melahirkan, dan nifas, serta kematian bayi.
GSI yang kegiatannya ditunjang oleh Tim Pokja dan Tim Satgas GSI diarahkan agar mampu mendorong masyarakat untuk berperan aktif dan mengembangkan potensinya dengan melahirkan ide-ide kreatif dalam melaksanakan GSI di daerahnya. Kegiatan-kegiatanya antara lain:
a)      Melaksanakan pendataan ibu hamil, memberikan kode-kode terten tu untuk memberi tanda bagi ibu hamil beresiko tinggi (tanda biru), untuk yang normal diberi tanda kuning. Ini pertama kali dikembangkan di Sumatera Selatan, lalu dikembangkan di daerah lain.
b)      Melaksanakan kegiatan KIE (Komunikasi, Informasi, Edukasi), melalui pengajian dan penyuluhan bagi calon pengantin, bisa juga dikembangkan dalam bentuk nyanyian, tarian, operet, puisi sayang ibu. Hendaknya juga didukung oleh para Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB), Petugas Depag, Dinas Kesehatan dan sebagainya.
c)      Menyediakan Pondok Sayang Ibu. Ide ini pertama kali dicetuskan di Lampung.
d)     Menggalang Dana Bersalin (Arlin) dari masyarakat sebagai bentuk kepedulian.
e)      Menggalang sumbangan donor darah untuk membantu persalinan.
f)       Menyediakan Ambulans Desa, bisa berupa becak, mobil roda empat milik warga yang dipinjamkan.
4.      Perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K)
Pemerintah telah melakukan upaya penurunan jumlah kematian ibu dan bayi dengan meningkatkan cakupan maupun kualitas pelayanan. Peningkatan kemampuan tenaga kesehatan pada Puskesmas Rawat Inap dengan PONED di wujudkan untuk menanggulangi permasalahan dan kondisi kematian ibu dengan “penyebab langsung.” Sedangkan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) diharapkan mampu menyelesaikan masalah atau kondisi ”tidak langsung” yang menyebabkan ibu dan bayi meninggal.
Kementerian Kesehatan RI telah meluncurkan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) dengan stiker yang telah terbukti mampu meningkatkan secara signifikan cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dan Buku KIA sebagai informasi dan pencatatan keluarga yang mampu meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan ibu, bayi, dan balita. Dengan tercatatnya ibu hamil secara tepat dan akurat serta dipantau secara intensif oleh tenaga kesehatan dan kader di wilayah tersebut, maka setiap kehamilan sampai persalinan dan nifas diharapkan dapat berjalan dengan aman dan selamat.
Manfaat dari P4K adalah meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin. Ibu nifas dan bayi baru lahir melalui peningkatan peran aktif keluarga dan masyarakat dalam merencanakan persalinan yang aman dan persiapan menghadapi komplikasi dan tanda bahaya kebidanan dan bayi baru lahir bagi ibu sehingga melahirkan bayi yang sehat. Dengan sasaran semua ibu hamil yang ada di wilayah tersebut.



BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
            Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa kematian ibu dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor ekonomi, pendidikan dan juga pengetahuan ibu akan pentingnya pemeriksaan janin selama masa mengandung.
Pengetahuan pemeriksaan janin ini berkaitan dengan tingkat pendidikan yang di peroleh ibu, jika semakin tinggi tingka pendidikan seorang ibu, maka akan semakin tinggi pula tingkat kepedulian ibu mengenai pemeriksaan bayi ata janin kepuskesmas.
            Berdasarkan tingkat ekonomi, semakin rendah tingkat ekonomi sang ibu, maka akan semakin jarang ibu memeriksakan bayinya. Sang ibu akan merasa jika pemeriksaan janinnya akan lebih murah jika di periksakan ke dukun kampung tanpa mengerti pentingnya penanganan medis sebelum proses persalinan.

3.2. Saran
a.       Bagi  Masyarakat
1.      Masyarakat diharapkan lebih proaktif dalam membantu pelaksanaan pendataan deteksi dini terhadap ibu hamil yang mengalami faktor resiko tinggi dan komplikasi dalam kehamilan.
2.      Masyarakat diharapkan dengan cepat melaporkan kasus kematian maternal dan neonatal yang ada di sekitarnya kepada petugas.

b.      Bagi Dinas Kesehatan
1.      Memberikan pemahaman mengenai pentingnya kelengkapan data mengenai ibu hamil yang mengalami komplikasi, faktor resti serta terdatanya angka kematian ibu. Termasuk penyegaran tentang cara pengisian kartu skor Poedji Rochyati, formulir autopsi verbal, dan formulir lainnya  kepada petugas KIA di Puskesmas Kampus.
DAFTAR PUSTAKA
Qomariah Alwi. 2009. Faktor Yang Mempengaruhi Angka Kematian Ibu. Media Litbang.
Ahmad Syafiq. 2003. Angka Kematian Ibu Dan Pendidikan Perempuan. Fakultas Kesahatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Nurul Aeni. Faktor Risiko Kematian Ibu. Kantor Penelitian Dan Pengembangan Kabupaten Pati.
Cynthia Lina.2013. Faktor Yang Mempengaruhi Aki. Fakultas Kedokteran. Universitas Sriwijaya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

About

Facebook