Assalamualaikum Wr. Wb. ^_^ Salam Kenal

Kamis, 04 Juni 2015

PENGARUH IKLIM TERHADAP PETERNAKAN


MAKALAH KLIMATOLOGI
“PENGARUH IKLIM TERHADAP PETERNAKAN”
DOSEN PENGAMPU :
-         Drs. H. Sidharta Adyatma, M.Si.
-         Dr. Deasy Arisanty, M.Sc.
DISUSUN OLEH
1.      HARIADI                                 A1A513028
2.      HASNIATI                               A1A513236
3.      SILVIA WARDANI                A1A513234
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
TAHUN AKADEMIK 2013/2014
BANJARMASIN





BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Peternakan adalah kegiatan mengembangbiakkan dan membudidayakan hewan ternak untuk mendapatkan manfaat dari kegiatan tersebut. Pengertian peternakan tidak terbatas pada pemeliharaaan saja, memelihara dan peternakan perbedaannya terletak pada tujuan yang ditetapkan. Tujuan peternakan adalah mencari keuntungan dengan penerapan prinsip-prinsip manajemen pada faktor-faktor produksi yang telah dikombinasikan secara optimal. Kegiatan di bidang peternakan dapat dibagi atas dua golongan, yaitu peternakan hewan besar seperti sapi, kerau dan kuda, sedang kelompok kedua yaitu peternakan hewan kecil seperti ayam, kelinci dan lain-lain. sistem peternakan diperkirakan telah ada sejak 9.000 SM yang dimulai dengan domestikasi anjing, kambing, dan domba. Peternakan semakin berkembang pada masa Neolitikum, yaitu masa ketika manusia mulai tinggal menetap dalam sebuah perkampungan. Pada masa ini pula, domba dan kambing—yang semula hanya diambil dagingnya—mulai dimanfaatkan susu dan wol-nya. Setelah itu manusia juga memelihara sapi dan kerbau untuk diambil kulit dan susunya serta memanfaatkan tenaganya untuk membajak tanah. Manusia juga mengembangkan peternakan kuda, babi, unta, dan lain-lain. Setiap daerah memiliki budaya ternak sendiri, budaya Timor Tengah Selatan, dalam hal pemeliharaan ternak, umumnya penduduk yang diteliti masih memiliki kecendrungan untuk melepas saja hewan-hewan ternak peliharaan mereka dipadang rumput pada siang hari. Begitu pula di Maluku, bidang peternakan belum menjadi sebuah bidang yang ditekuni oleh masyarakat. Yang ada hanyalah peternakan-peternakan biasa tanpa adanya suatu sistem tertentu. Pada umumnya jenis-jenis hewan ternak yang dipelihara, diantaranya adalah : kambing, ayam dan itik. Hewan-hewan ini dibiarkan bebas berkeliaran tanpa kandang. Di Lampung, hewan-hewan ternak dibiarkan bebas berkeliaran, dan setelah beberapa tahun kemudian, mereka ditangkap dan dimasukkan kedalam kandang, dihitung jumlahnya dan diberi tanda milik pada tubuhnya.

B.     RUMUSAN MASALAH
1)      Apa yang dimaksud dengan peternakan?
2)      Apa yang dimaksud dengan Mikroklimatologi?
3)      Apa hubungan iklim dengan peternakan?

BAB II
DASAR TEORI

Klasifikasi iklim menurut Koeppen dan Thornthwaite berdasarkan dua unsure iklim, yaitu curah hujan dan suhu. Unsur iklim suhu udara di Indonesia sepanjang tahun hampir konstan, tetapi sebaliknya unsur iklim curah hujan sangat berubah terhadap musim. Karena itu klasifikasi iklim Indonesia pada umumnya hanya memakai unsure iklim curah hujan saja.

A. KLASIFIKASI IKLIM INDONESIA
·         E.C. Mohr (1933) menggunakan unsur iklim curah hujan sebagai dasar klasifikasi iklim dengan menekankan pada penelitian tanah, khususnya kekuatan periode kering terhadap tanah dari gambaran curah hujan (kelembabannya),
·         Koeppen (1936) pada awalnya mengklasifikasi iklim didasarkan pada mintakat/zona tumbuh-tumbuhan yang tercantum dalam peta Alphose de Candola (ahli fisiologi tanaman Perancis), kemudian direvisi dengan menekankan pada suhu, curah hujan dan ciri musimnya,
·         Thornthwaite (1948) mengklasifikasi iklim didasarkan pada perbandingan antara presipitasi (P) dan penguapan (E)  yang menunjukkan besarnya daya guna presipitasi bagi kehidupan tanaman yang disebut P-E rasio. Jumlah P-E rasio selama satu tahun disebut dengan P-E indeks
·         Schmidt dan Ferguson (1951) menentukan jenis iklim di Indonesia berdasarkan perhitungan jumlah bulan kering dan bulan basah, sehingga diperoleh 8 jenis iklim dari iklim basah sampai iklim kering,
·         Oldeman (1975) menggunakan unsur iklim curah hujan sebagai dasar klasifikasi iklim di Indonesia dengan menekankan pada bidang pertanian, sehingga disebut klasifikasi iklim pertanian (agro climatic classification).
·         Kondisi Iklim di Indonesia
·         Berdasarkan gambaran curah hujan, Mohr (1933) membagi daerah-daerah di Indonesia ke dalam 5 golongan, yaitu sebagai berikut :
1. Daerah basah, yakni daerah yang hampir setiap bulannya mempunyai curah hujan minimal 60 mm.
2. Daerah agak basah, yakni daerah dengan periode kering yang lemah dan terdapat satu bulan kering.
3. Daerah agak kering, yaitu daerah-daerah yang mengalami bulan-bulan kering sekitar 3-4 bulan setiap tahunnya.
4. Daerah kering, yakni daerah yang mengalami bulan-bulan kering yang lamanya mencapai 6 bulan.
5. Daerah sangat kering, yakni daerah dengan masa kekeringan yang panjang dan parah.
Sementara Schmidt dan Ferguson (1951) membagi iklim di Indonesia menjadi 8 golongan, yaitu golongan A (sangat basah), golongan B (basah), golongan C (agak basah), golongan D (sedang), golongan E (agak kering), golongan F (kering), golongan G (sangat kering), dan golongan H (luar biasa kering).
BAB III
PEMBAHASAN
A.    PENGERTIAN PETERNAKAN
Peternakan adalah kegiatan mengembangbiakkan dan membudidayakan hewan ternak untuk mendapatkan manfaat dan hasil berupa jasa, tenaga, dan keuntungan finansial dari kegiatan tersebut. Pengertian peternakan tidak terbatas pada pemeliharaaan saja, memelihara dan peternakan perbedaannya terletak pada tujuan yang ditetapkan. Tujuan peternakan adalah mencari keuntungan dengan penerapan prinsip-prinsip manajemen pada faktor-faktor produksi yang telah dikombinasikan secara optimal.
Kegiatan di bidang peternakan dapat dibagi atas dua golongan, yaitu peternakan hewan besar seperti sapi, kerbau dan kuda, sedang kelompok kedua yaitu peternakan hewan kecil seperti ayamkelinci dll. Sistem peternakan diperkirakan telah ada sejak 9.000 SM yang dimulai dengan domestikasi anjingkambing, dan domba. Peternakan semakin berkembang pada masa Neolitikum, yaitu masa ketika manusia mulai tinggal menetap dalam sebuah perkampungan. Pada masa ini pula, domba dan kambing yang semula hanya diambil hasil dagingnya, mulai dimanfaatkan juga hasil susu dan hasil bulunya (wol). Setelah itu manusia juga memelihara sapi dan kerbau untuk diambil hasil kulit dan hasil susunya serta memanfaatkan tenaganya untuk membajak tanah. Manusia juga mengembangkan peternakan kuda, babi, unta, dan lain-lain. Ilmu pengetahuan tentang peternakan, diajarkan di banyak universitas dan perguruan tinggi di seluruh dunia. Para siswa belajar disiplin ilmu seperti ilmu gizigenetika dan budi-daya, atau ilmu reproduksi. Lulusan dari perguruan tinggi ini kemudian aktif sebagai dokter hewan, farmasi ternak, pengadaan ternak dan industri makanan. Dengan segala keterbatasan peternak, perlu dikembangkan sebuah sistem peternakan yang berwawasan ekologis, ekonomis, dan berkesinambungan sehingga peternakan industri dan peternakan rakyat dapat mewujudkan ketahanan pangan dan mengantasi kemiskinan. Adapun jenis-jenis ternak diantaranya sapi, kerbau, sapi perah, domba, kambing, babi, kelinci, ayam, itikmentokpuyuhulat sutera,belutkatak hijau, dan ternak lebah madu. Masing-masing hewan ternak tersebut dapat diambil manfaat dan hasilnya. Hewan-hewan ternak ini dapat dijadikan pilihan untuk diternakan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

B.     MIKROKLIMATOLOGI
Mikroklimatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang iklim mikro dan iklim yang terdapat di dalam daerah yang cukup kecil. Salah satu perbedaan pokok antara mikrometeorologi dan mikroklimatologi ialah  mikrometeorologi memerlukan dasar matematika dan fisika yang lebih kompleks sehingga dapat mempelajari proses fisis atmosfer, lagi pula mikrometeorolgi tidak terbatas pada atmosfer dekat permukaan bumi, tetapi juga dapat mempelajari mikrofisika dari awan, sedangkan mikroklimatologi tidak hanya ditujukan kepada ahli meteorogi saja, tetapi juga disajikan untuk melayani ahli lain yang berminat untuk mempelajari tentang hubungan antara kehidupan dengan iklim mikro tanpa mempunyai dasar matematika dan fisika yang kokoh.
Perbedaan antara iklim mikro dan iklim makro, terutama disebabkan pada jaraknya dengan permukaan bumi. Faktor-faktor yang mempengaruhi iklim mikro dapat disebabkan oleh macam tanah: tanah hitam, tanah abu-abu, tanah lembek dan tanah keras, oleh bentuk tanah: bentuk konkaf (lembab), bentuk konveks (gunung) dan danau, oleh yang tanam-tanaman yang tumbuh diatasnya: rawa, hutan dan lain-lainnya yang mempengaruhi jumlah radiasi dan mempengaruhi profil angin, oleh aktivitas manusi: daerah industry, kawasan kota, pedesaan dan sebagainya.
Sebenarnya antara iklim mikro dan iklim makro terdapat “iklim meso”, akan tetapi istilah meso kurang namun dipakai dan kurang dimengerti, sehingga istilah mesoklimatologi sangat jarang dijumpai di dalam pustaka.
C.     PENGARUH IKLIM TERHADAP TERNAK
Iklim sangat berpengaruh terhadap hewan ternak. Beberapa ahli mempelajari pengaruh iklim terhadap objek yang spesifik, di antaranya iklim berpengaruh terhadap bentuk tubuh (Hukum Bergmann), insulasi pelindung atau kulit dan bulu (Hukum Wilson), warna (Hukum Gloger), tubuh bagian dalam/internal (Hukum Claude Bernard), dan kesehatan dan produksi ternak. Temperatur lingkungan mempengaruhi penggunaan energi yang diperoleh ternak dari makanan, produksi panas, dan disipasi panas hewan ternak ke lingkungannya. Radiasi sinar matahari
terhadap hewan ternak dapat menimbulkan dua bentuk gangguan umum, yaitu mutasi gen oleh radiasi kosmik dan kerusakan sel kulit oleh sinar ultra violet pada proses 'sunburn'. Hewan ternak mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan iklim.
D.    PENGARUH LANGSUNG IKLIM TERHADAP TERNAK
» Perilaku merumput
Lamanya waktu merumput saat siang hari sangat dipengaruhi oleh iklim, bangsa, kualitas, tipe mamalia, dan pastur yang tersedia (padang rumput). Jika ternak digembalakan pada daerah bukan asalnya, maka masa merumput akan berkurang .
» Pengunaan makanan dan pengambilan makanan
Jika suatu tempat memiliki temperatur yang tinggi maka akan mempengaruhi pengambilan makanan pada ternak, semakin tinggi temperatur maka semakin sedikit makan karena akan lebih banyak minum. Jika temperatur lebih dari 40°maka ternak akan berhenti memamah biak.
» Air yang diminum (water intake )
Air sangat penting bagi ternak sebab air mempunyai peran yang penting dalam metabolisme ternak, selain itu air juga membantu ternak melepaskan panas tubuhnya secara konduksi dan penguapan, keperluan air ini akan meningkat apabila temperatur naik.
» Mempengaruhi efisiensi pengunaan makanan
Ternak dapat mengalami heat stress apabila iklim suatu tempat panas, sehingga ternak tidak banyak melakukan gerak untuk menjaga suhu tubuhnya tetap stabil.
» Hilangnya zat-zat makanan
Semakin sering ternak berkeringat dan mengeluarkan air ludah maka akan semakin banyak zat makanan yang hilang. Ternak mamalia apabila mereka berkeringat maka mereka akan kehilangan air dan mineral dari dalam tubuhnya.
» Pengaruh terhadap pertumbuhan
Menurunnya nafsu makan pada ternak disebabkan temperatur yang sangat tinggi akibatnya feed intake ternak pun akan menurun dan juga mempengaruhinya lamanya merumput dan akhirnya juga mempengaruhi produktififtas dari ternak.
» Pengaruh iklim terhadap produksi susu
Sapi perah dapat menghasilkan susu 56 % pada daerah subtropics, berbeda dengan daerah tropis sapi perah lebih sedikit menghasilkan susu. Iklim juga sangat mempengaruhi kandungan susu, lemak, bahan kering.
» Pengaruhi tingkah laku ternak
Iklim dapat mengakibatkan ternak mengalami stress yang dapat dilihat dari tingkah laku ternak itu sendiri. Faktor internal dan eksternal merupakan faktor yang dapat menyebabkan strees pada ternak.
Faktor Internal terdiri dari : penyakit ,vaksinasi ,penyapihan.
Faktor Eksternal terdiri dari : cuaca ,makanan dan lingkungan

E.     PERBAIKAN IKLIM MIKRO KANDANG
Upaya Perbaikan Iklim Mikro Kandang dan Respons Termoregulasi Kambing Jantan Peranakan Ettawa Melalui Penggunaan Berbagai Bahan Atap Masalah utama dari ternak yang dipelihara di daerah tropis basah, seperti di Indonesia, adalah tingginya radiasi matahari secara langsung sepanjang tahun, khususnya bagi ternak berproduksi tinggi, sehingga ternak dalam kondisi uncomfort karena beban panas yang berlebih. Respons dari masalah ini adalah ternak terpaksa meningkatkan aktivitas termoregulasi guna mengatasi beban panas yang dideritanya. Mekanisme fisiologis mengharuskan alokasi energi untuk kinerja produksi maupun reproduksi dipakai untuk mempertahankan keseimbangan panas tubuh. Dengan demikian, akan berdampak buruk yaitu penurunan produktivitas ternak. Salah satu care untuk mengatasi masalah ini adalah dengan mengendalikan panas yang diterima dan peningkatan panas yang terbuang oleh ternak, yaitu pemberian naungan atau atap dan pemilihan bahan atap yang lebih efektif dalam menciptakan kondisi iklim mikro kandang yang kondusif bagi ternak untuk berproduksi.Penelitian ini bertujuan mempelajari pengaruh jenis bahan atap kandang terhadap kondisi iklim mikro kandang dan respons termoregulasi (frekuensi nafas,frekuensi denyut jantung, dan suhu rektal) kambing jantan peranakan ettawa (PE) di lingkungan panas alami.

F.      PENGARUH TIDAK LANGSUNG IKLIM TERHADAP TERNAK.
Pengaruh iklim yang tidak langsung pada ternak terutama pada kuantitas dan kualitas makanan yang tersedia bagi ternak. Data dari hasil penelitian mengenai hal ini telah disimpulkan oleh payne (1969). Pengaruh tersebut tidak langsung dari iklim ini juga adalah penyakit dan parasit, juga pengaruhnya pada penyimpanan dan hasil ternak.
1. Persediaan makanan
Factor-faktor yang penting yang membatasi pertumbuhan tanaman sehingga mengurangi kuantitas makanan yang tersedia adalah: suhu lingkungan, curah hujan, panjangnya hari dan idenditas radiasi cahaya. Perbedaan yang paling nyata dari pengaruh iklim ada pada daerah basah, kering dan agak kering yang menyebabkan 2 masalah besar pada makanan ternak, meskipun terdapat banyak pengecualian-pengecualian sehingga perbedaan-perbedaan itu menjadi kabur pada daerah-daerah yang beriklim sedang.
2. Parasit dan penyakit
Panas dan kelembaban yang tinggi merupakan lingkungan yang baik bagi parasit internal dan eksternal, jamur dan vector penyakit. Parasit internal tidak begitu penting pada iklim agak kering tetapi parasit eksternal adalah penting meskipun parasit ini tidak begitu banyak di daerah iklim kering oleh karena jenis vegetasi di daerah ini mempengaruhi adanya insekta pembawa penyakit maka iklim mempunyai pengaruh tidak langsung yang besar terhadap produksi ternak. Pada daerah-daerah tropik afrika dimana curah hujan cukup untuk mendukung pertumbuhan semak-semak menyebabkan ternak. juga iklim yang mendukung perkembangan stomoxys spp.
3. Penyimpangan dan penanganan hasil ternak
Semua iklim tropik baik lembab maupun kering mendukung cepat rusaknya bahan hasil ternak yang di simpan sehingga menaikkan ongkos prosesing dan penanganannya. Hal ini mempengaruhi produksi ternak secara tidak langsung oleh karena meningkatnya biaya prosesing penanganan dan penyimpanan seperti penambahan kapasitas kamar pendinginan akan menaikkan produksi bahan tertentu secara tidak ekonomis padahal tempat tersebut sebenarnya cocok untuk perkembangan industri peternakan



BAB IV
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
           Peternakan adalah kegiatan mengembangbiakkan dan membudidayakan hewan ternak untuk mendapatkan manfaat dari kegiatan tersebut. Pengertian peternakan tidak terbatas pada pemeliharaaan saja, memelihara dan peternakan perbedaannya terletak pada tujuan yang ditetapkan.
           Dalam pengembangbiakkannya pengaruh iklim ternyata sangat berpengaruh terhadap hasil ternak itu sendiri baik pengaruh secara langsung maupun pengaruh yang tidak secara langsung.
           Namun dalam peternakan ada mengenal istilah MANIPULASI LINGKUNGAN yang berguna untuk meningkatkan produktivitas ternak itu sendiri. MANIPULASI LINGKUNGAN salah satunya dapat dilakukan dengan membuat naungan untuk ternak, karena saat intensitas radiasi maksimum aktivitas termoregulasi ternak mencapai maksimum.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

About

Facebook