MAKALAH KLIMATOLOGI
“PENGARUH IKLIM
TERHADAP PETERNAKAN”
DOSEN PENGAMPU :
-
Drs. H. Sidharta Adyatma, M.Si.
-
Dr. Deasy Arisanty, M.Sc.
1. HARIADI A1A513028
2. HASNIATI A1A513236
3. SILVIA
WARDANI A1A513234
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN GEOGRAFI
TAHUN AKADEMIK
2013/2014
BANJARMASIN
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Peternakan
adalah kegiatan mengembangbiakkan dan membudidayakan hewan ternak untuk
mendapatkan manfaat dari kegiatan tersebut. Pengertian peternakan tidak
terbatas pada pemeliharaaan saja, memelihara dan peternakan perbedaannya
terletak pada tujuan yang ditetapkan. Tujuan peternakan adalah mencari
keuntungan dengan penerapan prinsip-prinsip manajemen pada faktor-faktor
produksi yang telah dikombinasikan secara optimal. Kegiatan di bidang
peternakan dapat dibagi atas dua golongan, yaitu peternakan hewan besar seperti
sapi, kerau dan kuda, sedang kelompok kedua yaitu peternakan hewan kecil
seperti ayam, kelinci dan lain-lain. sistem peternakan diperkirakan telah ada sejak 9.000 SM yang dimulai dengan
domestikasi anjing, kambing, dan domba. Peternakan semakin berkembang pada masa
Neolitikum, yaitu masa ketika manusia mulai tinggal menetap dalam sebuah
perkampungan. Pada masa ini pula, domba dan kambing—yang semula hanya diambil
dagingnya—mulai dimanfaatkan susu dan wol-nya. Setelah itu manusia juga
memelihara sapi dan kerbau untuk diambil kulit dan susunya serta memanfaatkan
tenaganya untuk membajak tanah. Manusia juga mengembangkan peternakan kuda,
babi, unta, dan lain-lain. Setiap daerah memiliki budaya ternak sendiri, budaya
Timor Tengah Selatan, dalam hal pemeliharaan ternak, umumnya penduduk yang
diteliti masih memiliki kecendrungan untuk melepas saja hewan-hewan ternak
peliharaan mereka dipadang rumput pada siang hari. Begitu pula di Maluku,
bidang peternakan belum menjadi sebuah bidang yang ditekuni oleh masyarakat.
Yang ada hanyalah peternakan-peternakan biasa tanpa adanya suatu sistem
tertentu. Pada umumnya jenis-jenis hewan ternak yang dipelihara, diantaranya
adalah : kambing, ayam dan itik. Hewan-hewan ini dibiarkan bebas berkeliaran
tanpa kandang. Di Lampung, hewan-hewan ternak dibiarkan bebas berkeliaran, dan
setelah beberapa tahun kemudian, mereka ditangkap dan dimasukkan kedalam
kandang, dihitung jumlahnya dan diberi tanda milik pada tubuhnya.
B.
RUMUSAN MASALAH
1)
Apa yang dimaksud dengan peternakan?
2)
Apa yang dimaksud dengan Mikroklimatologi?
3)
Apa hubungan iklim dengan peternakan?
BAB II
DASAR TEORI
Klasifikasi iklim menurut Koeppen dan Thornthwaite
berdasarkan dua unsure iklim, yaitu curah hujan dan suhu. Unsur iklim suhu
udara di Indonesia sepanjang tahun hampir konstan, tetapi sebaliknya unsur
iklim curah hujan sangat berubah terhadap musim. Karena itu klasifikasi iklim
Indonesia pada umumnya hanya memakai unsure iklim curah hujan saja.
A. KLASIFIKASI
IKLIM INDONESIA
·
E.C. Mohr (1933) menggunakan unsur iklim curah hujan sebagai dasar
klasifikasi iklim dengan menekankan pada penelitian tanah, khususnya kekuatan
periode kering terhadap tanah dari gambaran curah hujan (kelembabannya),
·
Koeppen (1936) pada awalnya mengklasifikasi iklim didasarkan pada
mintakat/zona tumbuh-tumbuhan yang tercantum dalam peta Alphose de Candola
(ahli fisiologi tanaman Perancis), kemudian direvisi dengan menekankan pada
suhu, curah hujan dan ciri musimnya,
·
Thornthwaite (1948) mengklasifikasi iklim didasarkan pada perbandingan
antara presipitasi (P) dan penguapan (E)
yang menunjukkan besarnya daya guna presipitasi bagi kehidupan tanaman
yang disebut P-E rasio. Jumlah P-E rasio selama satu tahun disebut dengan P-E
indeks
·
Schmidt dan Ferguson (1951) menentukan jenis iklim di Indonesia berdasarkan
perhitungan jumlah bulan kering dan bulan basah, sehingga diperoleh 8 jenis
iklim dari iklim basah sampai iklim kering,
·
Oldeman (1975) menggunakan unsur iklim curah hujan sebagai dasar
klasifikasi iklim di Indonesia dengan menekankan pada bidang pertanian,
sehingga disebut klasifikasi iklim pertanian (agro climatic classification).
·
Kondisi Iklim di Indonesia
·
Berdasarkan gambaran curah hujan, Mohr
(1933) membagi daerah-daerah di Indonesia ke dalam 5 golongan, yaitu sebagai
berikut :
1. Daerah
basah, yakni daerah yang hampir setiap bulannya mempunyai curah hujan minimal
60 mm.
2. Daerah agak
basah, yakni daerah dengan periode kering yang lemah dan terdapat satu bulan
kering.
3. Daerah agak
kering, yaitu daerah-daerah yang mengalami bulan-bulan kering sekitar 3-4 bulan
setiap tahunnya.
4. Daerah
kering, yakni daerah yang mengalami bulan-bulan kering yang lamanya mencapai 6
bulan.
5. Daerah
sangat kering, yakni daerah dengan masa kekeringan yang panjang dan parah.
Sementara
Schmidt dan Ferguson (1951) membagi iklim di Indonesia menjadi 8 golongan,
yaitu golongan A (sangat basah), golongan B (basah), golongan C (agak basah),
golongan D (sedang), golongan E (agak kering), golongan F (kering), golongan G
(sangat kering), dan golongan H (luar biasa kering).
BAB
III
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN
PETERNAKAN
Peternakan adalah kegiatan mengembangbiakkan dan membudidayakan hewan ternak untuk
mendapatkan manfaat dan hasil berupa jasa, tenaga, dan keuntungan finansial
dari kegiatan tersebut. Pengertian peternakan tidak terbatas pada pemeliharaaan
saja, memelihara dan peternakan perbedaannya terletak pada tujuan yang
ditetapkan. Tujuan peternakan adalah mencari keuntungan dengan penerapan
prinsip-prinsip manajemen pada faktor-faktor produksi yang telah dikombinasikan
secara optimal.
Kegiatan di bidang peternakan dapat
dibagi atas dua golongan, yaitu peternakan hewan besar seperti sapi, kerbau dan
kuda, sedang kelompok kedua yaitu peternakan hewan kecil seperti ayam, kelinci dll. Sistem peternakan
diperkirakan telah ada sejak 9.000 SM yang dimulai dengan domestikasi anjing, kambing, dan domba. Peternakan semakin berkembang
pada masa Neolitikum, yaitu masa ketika manusia mulai
tinggal menetap dalam sebuah perkampungan. Pada masa ini pula, domba dan
kambing yang semula hanya diambil hasil dagingnya, mulai dimanfaatkan juga
hasil susu dan hasil bulunya (wol). Setelah itu manusia juga
memelihara sapi dan kerbau untuk diambil hasil kulit dan hasil susunya serta
memanfaatkan tenaganya untuk membajak tanah. Manusia juga mengembangkan
peternakan kuda, babi, unta, dan lain-lain. Ilmu pengetahuan tentang
peternakan, diajarkan di banyak universitas dan perguruan tinggi di seluruh dunia. Para
siswa belajar disiplin ilmu seperti ilmu gizi, genetika dan budi-daya, atau ilmu
reproduksi. Lulusan dari perguruan tinggi ini kemudian aktif sebagai
dokter hewan, farmasi ternak, pengadaan ternak dan industri makanan. Dengan
segala keterbatasan peternak, perlu dikembangkan sebuah sistem peternakan yang
berwawasan ekologis, ekonomis, dan berkesinambungan sehingga peternakan
industri dan peternakan rakyat dapat mewujudkan ketahanan pangan dan mengantasi
kemiskinan. Adapun jenis-jenis ternak diantaranya sapi, kerbau, sapi perah, domba, kambing, babi, kelinci,
ayam, itik, mentok, puyuh, ulat sutera,belut, katak hijau, dan ternak lebah madu.
Masing-masing hewan ternak tersebut dapat diambil manfaat dan
hasilnya. Hewan-hewan ternak ini dapat dijadikan pilihan untuk diternakan
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
B.
MIKROKLIMATOLOGI
Mikroklimatologi adalah ilmu yang
mempelajari tentang iklim mikro dan iklim yang terdapat di dalam daerah yang cukup
kecil. Salah satu perbedaan pokok antara mikrometeorologi dan mikroklimatologi
ialah mikrometeorologi memerlukan dasar
matematika dan fisika yang lebih kompleks sehingga dapat mempelajari proses
fisis atmosfer, lagi pula mikrometeorolgi tidak terbatas pada atmosfer dekat
permukaan bumi, tetapi juga dapat mempelajari mikrofisika dari awan, sedangkan
mikroklimatologi tidak hanya ditujukan kepada ahli meteorogi saja, tetapi juga
disajikan untuk melayani ahli lain yang berminat untuk mempelajari tentang hubungan
antara kehidupan dengan iklim mikro tanpa mempunyai dasar matematika dan fisika
yang kokoh.
Perbedaan antara iklim mikro dan iklim
makro, terutama disebabkan pada jaraknya dengan permukaan bumi. Faktor-faktor
yang mempengaruhi iklim mikro dapat disebabkan oleh macam tanah: tanah hitam,
tanah abu-abu, tanah lembek dan tanah keras, oleh bentuk tanah: bentuk konkaf
(lembab), bentuk konveks (gunung) dan danau, oleh yang tanam-tanaman yang
tumbuh diatasnya: rawa, hutan dan lain-lainnya yang mempengaruhi jumlah radiasi
dan mempengaruhi profil angin, oleh aktivitas manusi: daerah industry, kawasan
kota, pedesaan dan sebagainya.
Sebenarnya antara iklim mikro dan iklim
makro terdapat “iklim meso”, akan tetapi istilah meso kurang namun dipakai dan
kurang dimengerti, sehingga istilah mesoklimatologi sangat jarang dijumpai di
dalam pustaka.
C. PENGARUH IKLIM TERHADAP TERNAK
Iklim sangat
berpengaruh terhadap hewan ternak. Beberapa ahli mempelajari pengaruh iklim
terhadap objek yang spesifik, di antaranya iklim berpengaruh terhadap bentuk
tubuh (Hukum Bergmann), insulasi pelindung atau kulit dan bulu (Hukum Wilson),
warna (Hukum Gloger), tubuh bagian dalam/internal (Hukum Claude Bernard), dan
kesehatan dan produksi ternak. Temperatur lingkungan mempengaruhi penggunaan
energi yang diperoleh ternak dari makanan, produksi panas, dan disipasi panas
hewan ternak ke lingkungannya. Radiasi sinar matahari
terhadap hewan
ternak dapat menimbulkan dua bentuk gangguan umum, yaitu mutasi gen oleh
radiasi kosmik dan kerusakan sel kulit oleh sinar ultra violet pada proses
'sunburn'. Hewan ternak mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan
perubahan iklim.
D. PENGARUH
LANGSUNG IKLIM TERHADAP TERNAK
» Perilaku merumput
Lamanya waktu merumput saat siang hari sangat dipengaruhi
oleh iklim, bangsa, kualitas, tipe mamalia, dan pastur yang tersedia (padang
rumput). Jika ternak digembalakan pada daerah bukan asalnya, maka masa merumput
akan berkurang .
» Pengunaan makanan dan pengambilan makanan
Jika suatu tempat memiliki temperatur yang tinggi maka akan
mempengaruhi pengambilan makanan pada ternak, semakin tinggi temperatur maka
semakin sedikit makan karena akan lebih banyak minum. Jika temperatur lebih
dari 40°maka ternak akan berhenti memamah biak.
» Air yang diminum (water intake )
Air sangat penting bagi ternak sebab air mempunyai peran
yang penting dalam metabolisme ternak, selain itu air juga membantu ternak
melepaskan panas tubuhnya secara konduksi dan penguapan, keperluan air ini akan
meningkat apabila temperatur naik.
» Mempengaruhi efisiensi pengunaan makanan
Ternak dapat mengalami heat stress apabila iklim suatu
tempat panas, sehingga ternak tidak banyak melakukan gerak untuk menjaga suhu
tubuhnya tetap stabil.
» Hilangnya zat-zat makanan
Semakin sering ternak berkeringat dan mengeluarkan air ludah
maka akan semakin banyak zat makanan yang hilang. Ternak mamalia apabila mereka
berkeringat maka mereka akan kehilangan air dan mineral dari dalam tubuhnya.
» Pengaruh terhadap pertumbuhan
Menurunnya nafsu makan pada ternak disebabkan temperatur
yang sangat tinggi akibatnya feed intake ternak pun akan menurun dan juga
mempengaruhinya lamanya merumput dan akhirnya juga mempengaruhi produktififtas
dari ternak.
» Pengaruh iklim terhadap produksi susu
Sapi perah dapat menghasilkan susu 56 % pada daerah
subtropics, berbeda dengan daerah tropis sapi perah lebih sedikit menghasilkan
susu. Iklim juga sangat mempengaruhi kandungan susu, lemak, bahan kering.
» Pengaruhi tingkah laku ternak
Iklim dapat mengakibatkan ternak mengalami stress yang dapat
dilihat dari tingkah laku ternak itu sendiri. Faktor internal dan eksternal
merupakan faktor yang dapat menyebabkan strees pada ternak.
Faktor Internal terdiri dari : penyakit ,vaksinasi
,penyapihan.
Faktor Eksternal terdiri dari : cuaca ,makanan dan
lingkungan
E. PERBAIKAN
IKLIM MIKRO KANDANG
Upaya Perbaikan Iklim Mikro Kandang
dan Respons Termoregulasi Kambing Jantan Peranakan Ettawa Melalui Penggunaan
Berbagai Bahan Atap Masalah utama dari ternak yang dipelihara di daerah tropis
basah, seperti di Indonesia, adalah tingginya radiasi matahari secara langsung
sepanjang tahun, khususnya bagi ternak berproduksi tinggi, sehingga ternak
dalam kondisi uncomfort karena beban panas yang berlebih. Respons dari masalah
ini adalah ternak terpaksa meningkatkan aktivitas termoregulasi guna mengatasi
beban panas yang dideritanya. Mekanisme fisiologis mengharuskan alokasi energi
untuk kinerja produksi maupun reproduksi dipakai untuk mempertahankan
keseimbangan panas tubuh. Dengan demikian, akan berdampak buruk yaitu penurunan
produktivitas ternak. Salah satu care untuk mengatasi masalah ini adalah dengan
mengendalikan panas yang diterima dan peningkatan panas yang terbuang oleh
ternak, yaitu pemberian naungan atau atap dan pemilihan bahan atap yang lebih
efektif dalam menciptakan kondisi iklim mikro kandang yang kondusif bagi ternak
untuk berproduksi.Penelitian ini bertujuan mempelajari pengaruh jenis bahan
atap kandang terhadap kondisi iklim mikro kandang dan respons termoregulasi
(frekuensi nafas,frekuensi denyut jantung, dan suhu rektal) kambing jantan
peranakan ettawa (PE) di lingkungan panas alami.
F. PENGARUH
TIDAK LANGSUNG IKLIM TERHADAP TERNAK.
Pengaruh iklim yang tidak langsung
pada ternak terutama pada kuantitas dan kualitas makanan yang tersedia bagi ternak.
Data dari hasil penelitian mengenai hal ini telah disimpulkan oleh payne
(1969). Pengaruh tersebut tidak langsung dari iklim ini juga adalah penyakit
dan parasit, juga pengaruhnya pada penyimpanan dan hasil ternak.
1. Persediaan makanan
Factor-faktor yang penting yang
membatasi pertumbuhan tanaman sehingga mengurangi kuantitas makanan yang
tersedia adalah: suhu lingkungan, curah hujan, panjangnya hari dan idenditas
radiasi cahaya. Perbedaan yang paling nyata dari pengaruh iklim ada pada daerah
basah, kering dan agak kering yang menyebabkan 2 masalah besar pada makanan
ternak, meskipun terdapat banyak pengecualian-pengecualian sehingga
perbedaan-perbedaan itu menjadi kabur pada daerah-daerah yang beriklim sedang.
2. Parasit dan penyakit
Panas dan kelembaban yang tinggi
merupakan lingkungan yang baik bagi parasit internal dan eksternal, jamur dan
vector penyakit. Parasit internal tidak begitu penting pada iklim agak kering
tetapi parasit eksternal adalah penting meskipun parasit ini tidak begitu
banyak di daerah iklim kering oleh karena jenis vegetasi di daerah ini
mempengaruhi adanya insekta pembawa penyakit maka iklim mempunyai pengaruh
tidak langsung yang besar terhadap produksi ternak. Pada daerah-daerah tropik
afrika dimana curah hujan cukup untuk mendukung pertumbuhan semak-semak
menyebabkan ternak. juga iklim yang mendukung perkembangan stomoxys spp.
3. Penyimpangan dan penanganan hasil
ternak
Semua iklim tropik baik lembab
maupun kering mendukung cepat rusaknya bahan hasil ternak yang di simpan
sehingga menaikkan ongkos prosesing dan penanganannya. Hal ini mempengaruhi
produksi ternak secara tidak langsung oleh karena meningkatnya biaya prosesing
penanganan dan penyimpanan seperti penambahan kapasitas kamar pendinginan akan
menaikkan produksi bahan tertentu secara tidak ekonomis padahal tempat tersebut
sebenarnya cocok untuk perkembangan industri peternakan
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Peternakan adalah
kegiatan mengembangbiakkan dan membudidayakan hewan ternak untuk mendapatkan
manfaat dari kegiatan tersebut. Pengertian peternakan tidak terbatas pada
pemeliharaaan saja, memelihara dan peternakan perbedaannya terletak pada tujuan
yang ditetapkan.
Dalam
pengembangbiakkannya pengaruh iklim ternyata sangat berpengaruh terhadap hasil
ternak itu sendiri baik pengaruh secara langsung maupun pengaruh yang tidak
secara langsung.
Namun dalam
peternakan ada mengenal istilah MANIPULASI LINGKUNGAN yang berguna untuk
meningkatkan produktivitas ternak itu sendiri. MANIPULASI LINGKUNGAN salah
satunya dapat dilakukan dengan membuat naungan untuk ternak, karena saat
intensitas radiasi maksimum aktivitas termoregulasi ternak mencapai maksimum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar